Sistem Irigasi Tetes karya KKN-T IPB University 2024, Solusi bagi Petani Holtikultura

Dian Prasetyo 22 Agustus 2024 11:16:27 WIB

Padukuhan pudak B merupakan bagian dari wilayah Desa Jerukwudel yang memiliki karakteristik wilayah yang kering saat musim kemarau tiba, bahkan hampir kurang lebih 90%  lahan pertanian disini merupakan lahan tadah hujan, yang berarti pengairan atau  penyiraman pada tanaman mengandalkan air hujan yang turun. Bahkan hingga kedatangan mahasiswa IPB yang melaksanakan KKN Tematik Inovasi, telah terjadi gagal panen tanaman kacang karena peralihan musim hujan ke musim kemarau yang lebih cepat. “Tanaman kacang yang kami tanam hingga saat ini hanya besar pada tanamannya saja mas, mbak sedangkan umbi kacangnya sangat kecil karena minimnya pasokan air untuk tanaman kacang ini” ujar pak Kiyato, selaku penanggung jawab Pak Dukuh Pudak B.

Sebenarnya masyarakat disini sudah cukup terbiasa dengan musim kemarau yang kering ini, tetapi karena sekarang musim kemarau tiba lebih awal, maka masyarakat cukup sulit untuk menyesuaikan karena sedang masa tanam. Di tahun-tahun sebelumnya pun saat musim kemarau tiba, masyarakat tidak banyak banyak menanam tanaman pertanian, tetapi hanya mengurus ternak mereka dengan mengambil rumput gajah yang masih bisa bertahan di ladang mereka. Saat musim hujan tiba masyarakat banyak yang menggunakan sistem tumpang sari pada ladang mereka, karena ini merupakan kesempatan turunnya hujan maka semua ladang berubah menjadi tutupan tanaman pertanian yang beragam.

Tim KKN Tematik Inovasi IPB Univeristy melihat hal tersebut merancang sebuah program yang cocok untuk kriteria wilayah tersebut, yaitu Sistem Irigasi Tetes. Sistem irigasi ini efisiensi dalam penggunaan air dan waktu karena air yang teririgasi akan langsung mengenai sistem perakaran, dan hanya butuh membuka saluran-saluran air untuk dapat mengalirkan. Selain itu sistem irigasi ini bervariasi, jadi masyarakat dapat diberikan pilihan untuk menggunakan sistem irigasi ini. SIstem irigasi yang kami kenalkan ini meliputi 3 jenis yaitu dengan selang drip polos serta selang piping, sistem irigasi ini cocok untuk penyiraman yang tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama karena air yang dialirkan melalui selang piping kecil dapat langsung membasahi sistem perakaran tanaman. Jenis lain yaitu dengan selang drip tetes, sistem ini cocok untuk tanaman yang memiliki jarak yang sama karena selang ini sudah memiliki lubang tetes dengan variasi jarak mulai dari 20 cm- 60 cm, serta karena lubang tetes pada selang ini tidak dapat diatur kecepatannya maka cocok untuk penyiraman dengan jangka waktu beberapa jam karena selang ini akan menjaga kelembaban tanah di sistem perakaran tanaman. Terakhir yaitu jenis emitter botol, sistem irigasi ini memanfaatkan botol-botol minuman kemasan bekas karena bentuknya menyerupai tutup botol dan penggunaannya hanya mengganti tutup botol dengan emitter ini, pada sistem emitter ini tetesan air dapat diatur kecepatannya sesuai dengan keinginan, sehingga cocok untuk penyiraman atau menjaga kelembaban tanah di sistem perakaran.

Setelah mengenalkan jenis-jenis sistem irigasi tetes serta ada percontohan instalasinya, kami harap masyarakat dapat mengimplementasikan pada pekarangan atau ladang mereka, jadi musim tanam dapat berlangsung sepanjang tahun karena adanya sistem irigasi dan tidak mengandalkan dari air tadah hujan, dengan begitu sektor pertanian di Padukuhan Pudak A dan B dapat terus maju dan roda ekonomi berjalan terus. Sistem irigasi tetes ini merupakan program unggulan dari KKN Tematik Universitas Institut Pertanian Bogor yang melaksanakan pengabdian pada bulan Juli sampai dengan awal Agustus yang lalu.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung